Switch Kamera Mundur Mobil – Reverse/Off/Always-ON

Mungkin udah banyak yang posting. Atau saya udah terlalu telat posting πŸ˜€

Ini skema untuk modifikasi kamera mundur mobil supaya bisa disetel “Reverse ON” (hanya aktif pada saat masuk ke perseneling mundur) atau “always ON” (alias terus menyala — kadang perlu saat harus maju mundur berulang kali untuk nyelinap parkiran sempit, jadi gak pusing lihat display head-unit pindah-pindah mode ^_^ atau buat mantau situasi di belakang mobil, tanpa harus masuk ke perseneling mundur), atau “Off” (dimatikan sama sekali, misal supaya gak ganggu nonton film saat mau mundurin mobil).

Cukup menggunakan 1 saklar.

Saklar yang digunakan musti tipe DPDT (Dual-Pole Dual-Throw) ON-OFF-ON. Bisa juga diganti saklar tipe DPDT yang ON-ON tapi fungsi “Off” Kamera jadi gak ada.

V+ KAMERA = Jalur power +12V untuk suplai kamera
+ACC = Jalur Kontak ON (bisa diambil dari terminal/konektor head-unit)
+LAMPU MUNDUR = jalur suplai +12V di soket lampu mundur belakang mobil
VIDEO-OUT KAMERA = jalur RCA dari kamera, disambung ke konektor RCA “R-CAM” di head-unit
REVERSE TRIGGER = Jalur sensor “mundur” di head-unit (penamaan terminal di tiap head-unit mungkin berbeda)

Skema di atas saya pake contoh head-unit SANSUI SA-5202i model OSAKA. kalo teman-teman pake merk/model lain, silakan referensi ke manual book masing-masing head-unit.

Trims.

“Pass Beam” Tanpa Nambah Saklar

Pass beam” atau “hi-pass beam” adalah menyalakan lampu jauh sesaat atau beberapa kali sebagai tanda “minta perhatian” untuk diberikan prioritas menyalip, mendahului, atau memotong kendaraan yang ada di depan. Kadang juga sebagai tanda “tegur sapa” kendaraan lawan arah πŸ˜€ Kalo bahasa kampungnya: “nge-dim” … hihihi πŸ˜€

Tapi gak semua motor punya fasilitas ini … Gak semua motor dilengkapi tombol/saklar “pass-beam”. Jadi musti modifikasi dikit dengan memasang tombol/saklar “pass-beam”.

Tapi ada juga yang minta, “Bisa gak pake saklar LO/HI bawaan? Gak usah nambah saklar sendiri?” … Bisa! πŸ˜€
Materialnya: sebutir relay 12V 4-kaki (ukuran minimum 5A), soket relay, dan kabel beserta isolator kabel secukupnya …

Maaf, saya gak tau harus ngasih nama apa untuk skema ini πŸ˜€

Skema "hi-pass beam"

Skema “hi-pass beam” — kontak relay sebenarnya C-NO, bukan C-NC seperti pada gambar

Sistem kerjanya, relay gak aktif ketika headlamp dalam kondisi OFF. Kontak relay pada posisi C-NC. Jalur lampu jauh mendapat suplai dari input saklar OFF/ON headlamp. Dengan nge-klik saklar LO/HI ke posisi “HI”, lampu jauh menyala.
Pada saat headlamp dinyalakan, relay aktif dan posisi kontak relay berpindah ke C-NO, membuat saklar LO/HI kembali ke fungsi standar.

RSD (Relay Switching Delay)

Relay Switching Delay (RSD) — bukan istilah standar dunia elektronika … ini cuma istilah karangan saya aja … hihihi. Istilah tenarnya “Time Delay Relay (TDR)”.

RSD, sirkuit berbasis “monostable” IC Timer 555, berfungsi untuk mengendalikan RELAY di mana kontak C (Common) berpindah dari posisi NC (Normally Close) ke NO (Normally Open) dalam durasi sekian detik.

Skemanya seperti ini:

relay switching delay with 555 monostable

Durasi switching RELAY bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan dengan kombinasi nilai kapasitor C1 dan resistor R1. Catatan tambahan, R1 bisa diganti dengan potensiometer, di mana kaki tengahnya dijumper ke pin-1 IC Timer 555 (maaf, gambar belom diupdate).

Contoh cara kerja sirkuit RSD:

 

Contoh manfaat sirkuit RSD — sebagai autoswitching dual klakson πŸ˜€

dobel-klakson-dengan-rsdDi contoh skema di atas, sirkuit RSD dipakai sebagai “auto-switching dual klakson” … di mana saat tombol klakson dipencet dalam durasi yang singkat (tidak melampaui durasi RSD), maka klakson standar (kiri) doang yang berbunyi. Tapi jika tombol klakson dipencet terus-menerus hingga melewati durasi RSD, maka klakson keong (kanan) lah yang berbunyi setelah klakson standar.

Sebagai Modul Jeda Injeksi untuk Sistem Remote Alarm

Contoh kedua, yang lagi “in” menurut saya … haha … sebagai “timer jeda injeksi” atau “timer check engine”. Biasanya diaplikasikan ke kendaraan yang menggunakan modul alarm dan bisa dinyalakan (mesin) secara remote. Nah, Modul ini ditambahkan ke dalam sistem untuk memberi jeda sekian waktu bagi ECU melakukan pengecekan sensor-sensor di kendaraan sebelum memulai menyalakan mesin. Durasinya biasanya sesuai gerakan jarum/indikator speedometer. Saat awal kontak dinyalakan, jarum speedo akan bergerak naik dan kembali turun. Nah, setelah jarum speedo balik ke posisi awal itulah saat yang pas untuk menyalakan mesin.

Namun tidak semua modul alarm memiliki fungsi ini, atau paling tidak, belom berfungsi dengan tepat. Contohnya, saya memiliki modul alarm BHT edisi kardus pink yang pernah saya order untuk motor NMAX. Fungsi jeda injeksinya saat menyalakan mesin melalui remote bekerja dengan baik. Ada sedikit jeda pada saat kelistrikan motor menyala, dan kemudian mesin menyala. Modul alarm yang sama ini, saya coba aplikasikan ke Beat Sporty 2017, tidak ada jeda sama sekali. Hoho. Begitu tombol remote untuk menyalakan mesin diklik 2x, kelistrikan motor dan mesin menyala bersamaan, atau hampir menyala bersamaan. Sedikittttt sekali jeda antara penyalaan kelistrikan motor dengan mesinnya.

Nah, solusinya, daripada ganti modul alarm yang khusus motor merk A atau B, modul RSD di atas bisa ditandem di situ sebagai “Jeda Injeksi”.

AE ON HID OFF, HID ON AE OFF

Lampu Projector + Angel Eye, kayaknya bukan pasangan langka πŸ˜€
Hampir setiap retrofit lampu projector di sepeda motor, paling gak dilengkapi ama Angel Eye (AE) — lampu bundar kayak cincin yang menyala di sepinggiran lensa projector. Nyalanya umum ngikutin nyala lampu senja … dan nyala berbarengan lampu projector … Skema instalasinya kira-kira seperti ini:

Graphic1Tapi gimana kalo pengennya AE nyala saat nyalain lampu senja doang dan otomatis padam setiap lampu projector dinyalakan? Simpel πŸ˜€ Manfaatin RELAY 5-kaki … Selanjutnya modifikasi jalurnya seperti skema instalasi di bawah:

Graphic2Gampang kan? πŸ˜€

Seberapa Efisien Kinerja Ballast HID?

Benar nggak sih ini ballast 50W? Benar nggak sih outputnya real 50W? Ngaruh nggak sih kalo bulb HID 35W dinyalain pakai ballast 50W? Seberapa efisien kinerja ballast HID yang saya punya?

Pertanyaan ini kadang muter-muter di dalam kepala πŸ˜€
Nah, kenapa nggak diukur aja?

Klik untuk memperbesar

Klik untuk memperbesar

Peralatan ukur seperti pada gambar …

VDC meter untuk mengukur voltase (DC) input ballast
VAC meter untuk mengukur voltase (AC) output ballast
A1 meter untuk mengukur arus (ampere) input ballast
A2 meter untuk mengukur arus (ampere) output ballast

VDC meter
Set multimeter ke range “20VDC”. Probe (tester) merah multimeter terpasang di jalur positif input ballast, sedangkan probe (tester) hitamnya di jalur negatif input ballast. Kabel input ballast adalah kabel dari suplai menuju ballast.

VAC meter
Set multimeter ke range “600V AC”. Probe (tester) merah multimeter terpasang di jalur “hot” output ballast, sedangkan probe (tester) hitamnya di jalur “return” output ballast. Kabel output ballast adalah kabel dari ballast menuju bulb HID. Jalur “hot” adalah jalur yang menuju elektroda bulb, sedangkan jalur “return” adalah yang keluar dari bulb … jalur “return” biasanya berupa kawat berbungkus pipa keramik yang ada di sisi luar bulb HID.

A1 meter
Set multimeter ke range “10A” atau “20A” — biasanya ada colokan khusus untuk range ini (baca manual multimeter). Probe (tester) merah multimeter terpasang di jalur positif suplai, sedangkan probe (tester) hitamnya di jalur positif input ballast. Ini berarti arus listrik akan mengalir dari suplai, melewati multimeter, dan menuju ballast.

A2 meter
Untuk meteran ini, sebaiknya gunakan tang ampere (clamp meter). Tinggal kalungkan aja tang ampere ke jalur “hot” output ballast/bulb HID. Set meteran ke range “Ampere AC”.

Mengukur input ballast
Alat ukur “VDC meter” dan “A1 meter” dalam posisi terpasang.
Nyalakan HID, dan baca hasil meteran … volt DC dan ampere DC. Catat!

Mengukur output ballast
Untuk mengukur volt AC output ballast, sebaiknya TIDAK dilakukan pada saat bulb “start-up”. Pengukuran dilakukan setelah bulb dalam kondisi menyala normal. Kenapa? Karena pada saat “start-up” voltase yang dikeluarkan ballast bisa mencapai 23~24 ribu volt! Kecuali alat ukur Anda bisa membaca dengan range melebihi itu, jangan PERNAH memasang alat ukur pada saat kondisi bulb “start-up”!
Setelah bulb dalam kondisi menyala normal, ukur voltase AC dan amperenya. Catat!

Menghitung input ballast
Daya listrik yang dibutuhkan ballast untuk menyalakan bulb HID bisa dihitung dari hasil bacaan VDC meter dan A1 meter.

Daya input ballast = VDC meterΒ Γ— A1 meter

Daya input ballast: Watt
VDC meter: Volt DC
A1 meter: Ampere

Contoh:
Hasil pengukuran input ballast, terbaca di VDC meter = 13.2VDC dan A1 meter = 4.2A
Daya input ballast = 13.2VΒ Γ— 4.2A = 55.4W

Menghitung output ballast
Daya listrik yang dikeluaran ballast untuk bisa menyalakan bulb HID bisa dihitung dari hasil bacaan VAC meter dan A2 meter.

Daya output ballast = VAC meterΒ Γ— A2 meter

Daya output ballast: Watt
VAC meter: Volt AC
A2 meter: Ampere

Contoh:
Hasil pengukuran output ballast, terbaca di VAC meter = 98.4VAC dan A2 meter = 0.48A
Daya output ballast = 98.4VΒ Γ— 0.48A = 47.3W

Menghitung efisiensi kinerja ballast
Selisih antara daya output dan input ballast menunjukkan seberapa persen tingkat efisiensi kinerja ballast. Ballast dikategorikan efisien jika persentase efisiensi kerjanya 75% ke atas.

Efisiensi kerja ballast = Daya output ballastΒ Γ· Daya input ballastΒ Γ— 100%

Contoh:
Dari hasil ukuran dan hitungan di atas, daya output ballast adalah 47.3W dan daya input ballast adalah 55.4W … maka efisiensi kerja ballast = 47.3WΒ Γ· 55.4WΒ Γ— 100% = 85.37%

Masih termasuk kategori “ballast efisien” πŸ˜€

Ini contoh pengukuran ballast Hyluxtek 35W + bulb Philips LS 35W 4200K:

Hasil baca arus input ballast

Hasil baca arus input ballast

Hasil baca voltase output ballast

Hasil baca voltase output ballast

Hasil baca arus output ballast

Hasil baca arus output ballast

Fullwave Electrical Checkup

AFAWK —Β as far as we know πŸ˜€ sistem kelistrikan pada sepeda motor terdiri dari 3 komponen penting:

  1. Alternator (terdiri dari stator/spul + rotor magnet), fungsinya untuk menghasilkan listrik (AC) hasil konversi energi gerak
  2. Regulator (kiprok), fungsinya untuk mengkonversi listrik AC menjadi DC (rectifying) dan membatasi voltase output (regulating). Listrik DC ini nantinya didistribusikan ke aki (charging) dan pernak-pernik elektrik lainnya yang membutuhkan listrik DC.
  3. Batere (aki), fungsinya sebagai sumber listrik DC dan menyimpan energi listrik.

Ketiga komponen tersebut HARUS dalam kondisi baik agar menghasilkan listrik yang optimal. Kalo salah satunya KO, sedikit/banyak bakal mempengaruhi kelistrikan secara keseluruhan … Selain ketiga komponen tersebut, bagian penting lain yang juga harus selalu terjaga kondisinya adalah KABEL listrik sebagai “jalan raya” bagi arus listrik.

Skema kelistrikan dasar

Skema kelistrikan dasar

Ada kalanya hasil modifikasi sistem kelistrikan fullwave nggak semulus yang diharapkan. Output nggak optimal, tekor, dll. Apa yang salah? Apa ada yang rusak/error? Yok, kita cek pelan-pelan … tapi tolong siapkan dulu multimeter digitalnya πŸ™‚ bagus lagi kalo ada tang ampere sekalian πŸ˜€

A. Cek Stator (Spul)

  1. Cabut soket kabel stator.
  2. Cek “continuity” kawat kumparan stator:
    1. Set multimeter pada range “continuity” (biasanya berupa simbol buzzer atau dioda)
    2. Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) dan probe hitam pada jalur spul pengisian yang satu lagi (titik B pada skema di atas).
    3. Jika multimeter berbunyi, jalur kumparan dalam kondisi baik (nggak ada yang putus). Jika nggak berbunyi, berarti kabel atau kawat kumparan ada yang putus.
  3. Cek “continuity” kumparan stator terhadap ground:
    1. Set multimeter pada range “continuity” (biasanya berupa simbol buzzer atau dioda)
    2. Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) dan probe hitam pada ground/massa/rangka.
    3. Jika multimeter berbunyi, berarti kumparan masih terhubung dengan ground.
    4. Lakukan hal yang sama pada jalur spul yang lainnya (titik B pada skema di atas).
    5. Untuk stator multi-phase (3-phase atau lebih), caranya sama untuk tiap-tiap jalur spul pengisian.
  4. Ukur hambatan kawat kumparan stator:
    1. Set multimeter pada range “200 ohm”
    2. Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) & probe hitam pada jalur spul pengisian yang satu lagi (titik B pada skema di atas)
    3. Nilai hambatan yang terbaca di multimeter harus < 1 ohm.
    4. Jika > 1 ohm, kawat kumparan sudah dalam kondisi jenuh dan harus diganti (gulung ulang).
    5. Jika angka di multimeter nggak bergeming, berarti ada jalur yang putus (kabel ataupun kawat kumparan stator).
  5. Ukur output stator:
    1. Pastikan aki dalam kondisi full-charge (untuk motor dengan CDI DC).
    2. Nyalakan mesin motor pada RPM idle dan beban listrik minimum (lampu utama & lampu senja OFF).
    3. Set multimeter ke range “200V AC”.
    4. Posisikan probe (tester) merah & hitam pada masing-masing output spul (titik A dan B pada skema di atas).
    5. Minimal output stator nggak kurang dari 10V AC. Jika kurang dari itu, kemungkinan stator short atau nge-ground. Jika short, gulung ulang atau ganti baru! Jika nge-ground, cek lagi dari langkah awal πŸ˜€

B. Cek Regulator

  1. Pasang kembali soket kabel stator.
  2. Ukur output stator:
    1. Ukur output stator seperti pada langkah A5 dan bandingkan dengan hasil ukur pada langkah A5.
    2. Jika selisih/turun banyak, kemungkinan regulator short (shunting). Ganti regulator!
  3. Ukur output regulator:
    1. Set multimeter pada range “20V DC”.
    2. Posisikan probe (tester) merah pada terminal positif aki & probe hitam pada terminal negatif/ground aki.
    3. Nyalakan mesin pada RPM idle dengan lampu utama & lampu senja OFF.
    4. Nilai voltase yang terbaca musti naik secara bertahap … misal 11.9V, 12.0V, 12.3V, dst.
    5. Naikkan RPM ke kisaran 3000. Nilai voltase yang terbaca bisa naik hingga 14~15V DC, atau paling nggak lebih tinggi dibanding voltase pada RPM idle.
    6. Jika voltase cenderung menurun seiring kenaikan RPM, kemungkinan regulator short. Ganti regulator!
    7. Jika voltase naik > 16V atau lebih, kemungkinan sirkuit limiter voltase pada regulator rusak. Ganti regulator!

C. Cek Batere (Aki)

    1. Pastikan kunci kontak pada posisi OFF.
    2. Lepas semua kabel yang terpasang di terminal negatif dan positif aki. Pastikan dimulai dari terminal negatif dahulu!
    3. Ukur voltase aki:
      1. Set multimeter pada range “20V DC”
      2. Posisikan probe (tester) merah pada terminal positif aki & probe hitam pada terminal negatif/ground aki.
      3. Pada kondisi full-charged, voltase aki pada kisaran 12.7~12.8V.
      4. Pada kondisi low, voltase aki pada kisaran 12.3V.
      5. Jika voltase aki turun dengan cepat, kemungkinan aki soak/rusak. Ganti aki!
    4. Ukur tingkat kebocoran arus listrik:
      1. Pasang kembali kabel-kabel yang terhubung di terminal positif aki.
      2. Set multimeter pada range “20mA”.
      3. Posisikan probe (tester) merah pada terminal negatif aki & probe hitam pada kabel ground aki.
      4. Nilai arus yang terbaca nggak boleh > 0.5mA. Jika lebih, kemungkinan ada jalur/kabel yang short.
    5. Self-Discharge:
      1. Aki otomatis mengalami pengosongan secara berkala (self discharge) meski dalam kondisi gak terpasang. Secara umum, 1% kapasitasnya berkurang setiap hari, dan bergantung suhunya. Pada suhu panas bakal lebih cepat dan pada suhu dingin bakal lebih lambat.

D. Cek Fuse (Sikring)

    1. Cek masing-masing fuse dan pastikan dalam kondisi baik (nggak putus atau meleleh).
    2. Cek terminal fuse dan pastikan fuse terpasang dengan ketat.

Bikin Sendiri Angle Eye Mini 8-LED

Sekarang ini Angle Eye (AE) LED udah banyak tersedia di pasaran dalam berbagai ukuran dan tipe LED … itu sekarang πŸ˜€
Tapi waktu awal saya bikin (sekitar 20 Agustus 2010 lalu), belum ada yang semini ini πŸ˜€

Modalnya sedikit … cuma butuh:

  1. 8 butir LED tipe tabung
  2. 1 butir resistor
  3. sekeping PCB polos
  4. Kabel secukupnya

Di artikel ini saya menggunakan LED putih tipe “straw-hat” atau tabung pendek. Straw-hat punya intensitas cahaya lebih terang dan wide-angle beam lebih lebar dibanding LED tabung biasa. LED ini punya spek “voltage-forward” (Vf) = 3.2VDC dan “Current-forward” (If) = 20mA … FYI πŸ˜€

Lanjut …

Print dan sablon layout sirkuit ini ke PCB … Triknya bisa dibaca di sini πŸ™‚

Layout PCB AE mini 8-LED

Layout PCB AE mini 8-LED

Potong dan rapikan PCB hasil cetakan sesuai sisi terluar jalur sirkuit … kurang lebih hasilnya adalah lingkaran dengan diameter 28mm …

PCB AE mini 8-LED

PCB AE mini 8-LED

Sisi bawah PCB adalah sisi yang ada lapisan tembaganya … sedangkan baliknya adalah sisi atas.
Lapisi sisi atas dengan stiker krom …
Pasang dan solder 8 butir LED di titik-titik tengah … pastikan semua searah, mana anoda (+) dan mana katoda (-) LED.

Skema AE mini 8-LED

Skema AE mini 8-LED

Kalo sudah selesai, kira-kira tampangnya bakal seperti ini …

AE Mini 8-LED

AE Mini 8-LED

Sekarang pasang dan solder kabelnya … satu tuk jalur positif (anoda) dan satu tuk jalur ground (katoda) LED. Sesuaikan panjang kabel!

Untuk kabel jalur positif, potong dan sambung dengan sebutir resistor di antaranya … ikuti seperti skema di atas!
Nilai resistor yang digunakan adalah 120 ohm / 1 watt untuk sekeping AE mini (asumsi suplai voltase maksimum 15V DC). Di sini saya memakai resistor 82 ohm karena suplai voltase yang saya pakai bakal diregulasi oleh IC LM7812 πŸ˜€

Resistor AE mini 8-LED

Resistor AE mini 8-LED

Jika sudah selesai, AE mini siap dipasang πŸ˜€
Contohnya seperti ini:

Review AE mini 8-LED

Review AE mini 8-LED

Di sini saya pasang AE mini di posisi lampu sein … fungsinya, sebagai DRL (daytime running LED) atau juga sebagai lampu senja πŸ˜€
Dan ini penampakkannya saat dinyalakan …

Contoh pemasangan AE mini 8-LED

Contoh pemasangan AE mini 8-LED

Contoh pemasangan AE mini 8-LED

Contoh pemasangan AE mini 8-LED

Contoh pemasangan AE mini 8-LED

Contoh pemasangan AE mini 8-LED

Fullwaving: Honda Beat FI

pulwep beat fi

Berhubung kamera saku saya jebol, jadi nggak banyak yang bisa didokumentasikan πŸ˜€

Honda Beat FI atau Beat Injeksi, nyatanya blom menganut kelistrikan fullwave … nggak kayak kakaknya, Vario 125 FI yang udah fullwave 3-phase πŸ˜€ Cuma bongkar-bongkarnya aja yang mirip … ribet! πŸ˜€

Setelah terawang seluruh bodi Beat FI dari segala penjuru, akhirnya cover bodi pun bisa dibuka … hingga stator dicabut dari rumahnya πŸ˜€

Sama seperti Beat terdahulu, salah satu ujung kawat spul pun tertanam di ground/bodi spul. Bedanya dengan Beat lawas, Beat FI cuma punya 2 tab: tab pengisian & tab ground.

Tab pengisian bisa diketahui dengan terpasangnya kabel putih pada tab tersebut. Sedangkan tab satu lagi, cuma kawat doang. Inilah tab ground. Dan kawat yang tercantol di situ musti diangkat/dicopot dari tab ground dan kemudian disambung dengan kabel tambahan sebagai jalur pengisian seperti halnya kabel putih spul …

Stator Honda Beat FI

Stator Honda Beat FI

Setelah ujung kawat yang dicopot tadi tersambung dengan kabel tambahan, cek dulu, apakah ada bagian kawat spul yang masih terhubung dengan ground/bodi spul. Gunakan multimeter! Set range multimeter ke mode “continuity” (multimeter digital), colok salah satu probe (tester) ke ujung kabel putih (pada soket spul) dan probe lainnya ke bodi spul. Jika multimeter nggak bunyi, artinya kawat spul sudah dalam kondisi “floating” alias nggak nyentuh ground sama sekali. Syarat mutlak fullwave πŸ˜€

Sekarang ke posisi kiprok/regulator …

Regulator Beat FI menggunakan soket yang sama seperti regulator milik Honda Tiger. Jadi nggak perlu lagi nyiapin soket tambahan πŸ˜€

Copot regulator original Beat FI dan copot semua terminal kabel yang nancep di soket tersebut … Di soket tersebut ada 5 kabel:

  1. Merah/Putih: jalur +12VDC, terhubung ke +aki
  2. Merah/Hitam: secara kode warna kabel, ini jalur kontak (sebelum fuse 10A), terhubung ke relay SPST
  3. Putih: jalur listrik AC dari stator
  4. Hijau/Putih: jalur ground (massa), terhubung ke -aki dan rangka/chasis
  5. Kuning: jalur lampu utama (headlamp)

Kemudian pasang kembali terminal kabel-kabel tersebut sesuai posisi kaki-kaki regulator Honda Tiger …

I/O Regulator Honda Tiger

I/O Regulator Honda Tiger

Kabel PUTIH dari soket menuju ke salah satu kaki “alternator” pada regulator Tiger. Sementara kabel tambahan (dari spul) ke kaki “alternator” yang satu lagi. Terbolak-balik posisinya nggak masalah.

Kabel MERAH/PUTIH dari soket menuju kaki “+aki” pada regulator Tiger. Sedangkan kabel HIJAU/PUTIH dari soket menuju kaki “ground” regulator Tiger.

Kabel MERAH/HITAM dari soket menuju ke “+aki”. Kalo saya lebih memilih memotong kedua terminal kabel MERAH/PUTIH dan MERAH/HITAM dan kemudian menggabungkan kedua kabel tersebut dalam satu terminal untuk dicolok ke kaki “+aki” pada regulator Tiger πŸ˜€

Kabel KUNING dari soket, menuju ke output kontak (cari aja kabel HITAM). Sedangkan kaki “volt monitor” pada regulator Tiger pun harus terhubung ke jalur output kontak.

Oia, karena sistem headlamp-nya AHO (Automatically Headlamp ON), maka headlamp akan menyala ketika kunci kontak diputar ke posisi ON. Kalo mau nambah saklar ON/OFF untuk headlamp, silakan πŸ˜€

————

Ada kritikan dari sesepuh BeaMOUS (Beat Matic on Kaskus) … “Bahasnya regulator Tiger tapi di foto terpampang RCP” πŸ˜€

Yap!
Kebetulan saat itu saya lagi ngantongi RCP (Regulator Cheetah Power), dan kebetulan soket RCP tersebut udah saya ganti dengan soket 5-kaki seperti Tiger punya. Dan kebetulan soket regulator Beat FI juga 5-kaki πŸ˜€

Di RCP, ada 4 kabel:

  1. Merah = jalur +12VDC menuju ke +AKI
  2. Hitam = jalur ground
  3. Kuning = jalur listrik AC (menuju spul)
  4. Orange = jalur listrik AC (menuju spul) juga

Kalo mau kimpoi jalur soket regulator Beat FI dengan RCP:

  1. Kabel Merah RCP terhubung ke kabel Merah/Putih & Merah/Hitam di soket regulator Beat FI.
  2. Kabel Hitam RCP terhubung ke kabel Hijau/Putih di soket regulator Beat FI.
  3. Kabel Kuning RCP terhubung ke kabel putih di soket regulator Beat FI.
  4. Kabel Orange RCP terhubung ke kabel tambahan di spul Beat FI.
  5. Kabel kuning di soket regulator Beat FI terhubung ke jalur kabel Hitam (cari aja kabel warna hitam di seputaran kabel bodi Beat FI, itu pasti jalur output kontak)

Fullwaving Yamaha F1Z-R

Modifikasi sistem kelistrikan fullwave di motor Yamaha F1Z-R juga nggak beda dengan motor-motor lainnya. Berikut adalah foto stator Yamaha F1Z-R:

Gb1. Stator Yamaha F1Z-R

Kawat spul yang tersolder di tab ground (A) harus dilepas dari solderan dan kemudian disambungkan dengan kabel tambahan / kabel baru sebagai jalur output AC untuk pengisian, layaknya jalur kabel putih yang ada. Jadi, nantinya ada dua output pengisian yang langsung menuju regulator fullwave, yaitu jalur kabel putih & jalur kabel tambahan dari arah stator.
Jangan lupa, sambungan tersebut harus terisolasi supaya nggak konslet ke mana-mana. Gunakan selang bakar (heat-shrink tube) sebagai isolator.

Karena cara modifikasi ini bakal memanfaatkan seluruh (6) kern stator, maka tab spul lampu (D) nggak boleh lagi terhubung ke jalur manapun. Jadi, kabel kuning/merah juga harus dicabut … boleh dari solderan tab spul lampu (D) atau dari soket stator (H). Jangan lupa isolasi putusan kabelnya supaya nggak konslet ke mana-mana.

Setelah modifikasi di bagian stator, selanjutnya tinggal instalasi regulator (kiprok) fullwave dan pengkabelan. Detailnya bisa dibaca di artikel ini πŸ™‚